Pages

10 Mei 2010

Tiga Cara Alami Agar Jerawat Kempes

 
VIVAnews - Saat jerawat tumbuh, pasti Anda berharap noda di wajah yang mengganggu itu segera lenyap. Agar jerawat cepat kempes, tanpa perlu membeli obat yang mahal, ada tiga cara mudah yang bisa dilakukan, seperti dikutip dari Shineyahoo.

1. Aspirin
Aspirin bukan hanya bisa digunakan untuk meredakan rasa sakit, tetapi juga mencegah jerawat menjadi parah. Ambil satu butir aspirin, hancurkan hingga halus kemudian basahi sedikit dengan air hingga kental. Tampelkan cairan kental aspirin pada jerawat selama beberapa menit, hingga kering kemudian bersihkan dengan air. Cara ini akan mengurangi kemerahan dan meredakan rasa sakitnya.

2. Minyak zaitun
Buatlah ramuan dengan mencampurkan 4 sendok makan garam dan 3 sendok makan minyak zaitun. Aplikasikan ramuan tersebut pada wajah menggunakan kuas atau jari-jari Anda. Biarkan selama 1-2 menit, lalu bilas dengan air hangat dan sabun.

Lakukan perawatan ini dua atau tiga kali seminggu. Anda akan melihat perubahan nyata pada kulit wajah. Garam bisa membersihkan pori-pori dengan dengan eksfoliasi, kandungan mineralnya membuat kulit lebih sehat dan minyak zaitun bisa mengembalikan kelembaban alami kulit.

3. Pasta gigi
Anda harus menghadiri acara resmi esok hari, sementara jerawat terlihat menonjol. Gunakan pasta gigi pada malam hari dan biarkan kering hingga pagi hari. Pasta gigi membuat jerawat cepat kering dan menyerap minyak. Tetapi, sebaiknya cara ini tidak dilakukan jika kulit termasuk sensitif, karena dapat menyebabkan iritasi. (umi)

From : http://id.news.yahoo.com/viva/20100510/tls-tiga-cara-alami-agar-jerawat-kempes-34dae5e.html

05 Mei 2010

Telepon Genggam Vs Kesehatan

Kompas - Rabu, 5 Mei

Oleh  :  Ester Lince Napitupulu
 
Penggunaan telepon genggam di dunia terus meluas. Menurut International Telecommunication Union, pemakai telepon genggam tahun ini diperkirakan mencapai lima miliar. Manusia semakin sulit lepas dari genggaman telepon genggam di kesehariannya.



Kenyataan ini memicu kekhawatiran akan dampak jangka panjang radiasi akibat penggunaan telepon genggam terhadap kesehatan. Dugaan dampak radiasi telepon genggam terhadap kesehatan ini dimunculkan banyak peneliti dari sejumlah negara. Penelitian yang luas dilakukan menyebutkan, penyakit yang diduga berkaitan dengan penggunaan telepon genggam antara lain kanker, terutama kanker otak, serta penyakit yang berhubungan dengan saraf, tumor mata, hingga alzheimer.

Namun, penelitian seputar dampak penggunaan telepon genggam terhadap kesehatan, terutama peningkatan angka kejadian kanker, masih pro-kontra. Kesimpulan akan dampak radiasi gelombang mikro dari telepon genggam itu dinilai sumir karena teknologi telepon genggam ke depan masih terus berkembang.

Studi lainnya adalah kaitan antara penggunaan telepon genggam dan peningkatan kasus kecelakaan bermotor. Penggunaan telepon genggam saat menyetir dapat mengganggu konsentrasi yang mengakibatkan mudahnya terjadi kecelakaan yang merenggut jiwa.

Penelitian itu kemudian didukung dengan pelarangan penggunaan telepon genggam di jalan raya. Di Indonesia, pelarangan juga sudah diberlakukan meskipun pada kenyataannya tanpa pengawasan yang ketat.

Tetapi dalam kaitan kesehatan, seperti tumor otak, kanker kulit, atau penyakit-penyakit yang berkaitan dengan saraf masih belum ada titik temu meskipun dampak kesehatan itu dilihat dari penggunaan telepon genggam yang memperhitungkan lamanya seseorang menggunakan telepon genggam.

Di tengah upaya untuk memecahkan misteri dampak penggunaan telepon genggam dengan kesehatan jangka panjang, peneliti Inggris meluncurkan program penelitian terbesar di dunia pada akhir April lalu. Penelitian yang memakan waktu 20-30 tahun ke depan itu diyakini bisa jadi studi yang semakin obyektif untuk menganalisis dampak penggunaan telepon genggam pada kesehatan penggunanya akibat radiasi.

Studi terbesar di dunia tentang keamanan penggunaan telepon genggam itu bakal merekrut 250.000 pengguna telepon genggam di lima negara di Eropa. Pengguna yang diteliti dari Inggris, Finlandia, Denmark, Swedia, dan Belanda.

Prof Lawrie Challis, anggota peneliti, mengatakan, studi ini penting. ”Kami belum bisa mengatakan dengan pasti bahwa telepon genggam memicu kanker. Bukti-bukti yang ada belum kuat,” kata Challis.

Dalam silang pendapat di antara ilmuwan tersebut, dari sekarang perlu diambil langkah untuk memonitor pengaruh telepon genggam pada kesehatan. Hasilnya akan dinilai obyektif karena pengguna yang dipantau jumlahnya besar dan diamati dalam jangka waktu lama.

Mireille Toledano dari Imperial College London menjelaskan, studi ini bukan cuma diarahkan untuk kanker otak. Sebab, penggunaan telepon genggam amat beragam termasuk berselancar di situs internet, yang berarti telepon tidak selalu di kepala.

Yang akan dilihat juga adalah kaitannya pada masalah kesehatan yang lebih luas, termasuk bentuk lain dari kanker, seperti kanker kulit, dan penyakit otak lainnya, seperti penyakit neurodegenerative.

Dalam kaitan penelitian ini, yang dimasalahkan adalah biasanya tergantung pada berapa banyak penggunaan telepon genggam. Penggunaan telepon genggam akan dicatat detail.

Peneliti juga akan memonitor WIFI, telepon tanpa kabel dan penggunaan monitor bayi oleh peserta sebaik dengan penggunaan teknologi yang bergerak, untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang terpaan pada semua radiasi tipe elektromagnetik.


Beberapa penelitian
Sejumlah penelitian yang berlangsung antara lain tentang pengaruh penggunaan telepon genggam pada tumor otak, yang dilakukan selama empat tahun oleh Universitas Leeds, Nottingham, dan Universitas Manchester and Institute of Cancer Research, London. Tahun 2006, peneliti Inggris mengatakan, tidak ada kaitan antara penggunaan telepon genggam dan meningkatnya angka kejadian tumor otak glioma yang biasa terjadi di otak atau tulang belakang.

Andreas Stang dari Martin Luther University of Halle Wittenberg di Jerman dan koleganya melakukan percobaan menguji hubungan antara penggunaan telepon genggam dan risiko uveal melanoma pada 459 pasien dan 1.194 pengontrol.

Mereka dikelompokkan menurut jumlah penggunaan waktu menelepon, tidak pernah menggunakan, pengguna sporadis, dan pengguna reguler. Tidak ada data signifikan antara penggunaan telepon sampai 10 tahun. ”Kami mengamati tidak ada peningkatan angka kejadian uveal melanoma di antara pengguna telepon genggam atau peralatan radio di Jerman, di mana teknologi telepon digital dikenalkan awal 1990-an,” katanya.

Peneliti lain menemukan ada banyak anak muda yang mengeluhkan sakit di ibu jari, leher, dan tangan saat mengetik pesan layanan pesan singkat (SMS). Studi itu dilakukan Sahlgrenska Academy, University of Gothenburg, Swedia. Untuk mengatasi, perlu dilihat penyebabnya seberapa sering pengguna memakai keypad telepon yang kecil. Juga perlu diperhatikan postur tubuh dan jangan mengetik dengan satu ibu jari.

Bagi mereka yang gemar ber-SMS dalam waktu lama, disarankan jangan duduk dengan posisi sama dalam waktu lama. Perlu juga meregangkan jemari dan menggunakan dua ibu jari.

Memang belum ditemukan bukti kuat pengaruh kesehatan pada pengguna telepon genggam anak-anak dan orang dewasa. Para ahli menyarankan penggunaan telepon genggam untuk anak-anak mesti dibatasi. Anak-anak dalam pandangan sejumlah peneliti mudah diserang radiasi microwave karena saraf-saraf mereka masih berkembang, sementara tengkorak mereka masih tipis dibandingkan dengan orang dewasa.

Radiasi yang ditransmisikan telepon genggam bukan radiasi sinar-X, tetapi radiasi microwave. Sebagian ilmuwan khawatir akibat radiasi itu bisa menghancurkan sel-sel otak karena telepon dipakai dekat ke kepala.

Dari studi oleh Pusat Studi Pendidikan Universitas Sheffield Hallam, Inggris, ditemukan 90 persen anak di bawah usia 16 tahun memiliki telepon genggam pribadi dan satu dari 10 menghabiskan waktu lebih dari 45 menit memakainya. Penggunaan SMS di kalangan anak-anak juga tinggi.

Dalam situasi tak pasti disarankan setiap orang berupaya meminimalkan terpaan radiasi dari telepon genggam.
Penggunaan telepon genggam sebisa mungkin jangan sampai membuat ketergantungan yang berlebihan karena bisa memicu stres yang suatu saat juga bisa juga memicu kanker. Disarankan penggunaan hands free saat bercakap-cakap guna meminimalkan radiasi ke otak.

From : http://id.news.yahoo.com/kmps/20100505/tls-telepon-genggam-vs-kesehatan-8d16233.html

04 Mei 2010

Jerawat! OMG. Help me!!

Pagi yang cerah membuat diriku terbawa suasana sang mentari yang telah menghangatkan tubuh ini. Bergegaslah pula aku keluar kamar, pintu ku buka dengan lebar untuk menyambut mentariii... Setelah menyambutnya dengan senyuman, langsung menuju sebuah kaca dinding. Ku tatap, Ku lihat dari ujung kaki sampai ke ujung rambut... Belum ada perubahan. Belum ada sama sekali...
Ia, aku sekarang berencana untuk menguruskan body yang sudah melar melar dan melar... hahahahaha... Setelah kuamati, satu per satu, helai se helaiiii, jiaaaahhhhh!!! Tidak....!!! JERAWAT!!!! waduhhh... bagai mana ini caranya untuk mengatasinya?? Mondar-mandir seperti kucing yang kelaparan, kupandang dan kupandang lagi, tak berubah satu sama skaliii...
Kutatap diam penuh tanya. Bagaimana? Harus berbuat apa? Mengapa? Sosulinya apa? Kata-kata itu yang slalu keluar dalam mulut komat kamit yang terucap dariku. Kupandang tanpa henti... "Ya Allah..., bagaimana ini?". Selalu itu yang terucap.
30 menit sudah ku pandang diri ini ke cermin yang besar dan putih itu. 30 menit sudah aku berdiri tanpa ada rasa sakit di kaki. dan 30 menit sudah aku berkomat kamit dalam ucap yang keluar dalam bibir ini. 30 menit itu berlalu, langsung saja aku bergegas menuju kamar mandi untuk membasuh muka ini. "Suh basuh basuh... Byuuuur... Byuuuurrrr..."
Selesai sudah membasuhnya, ku lihat, ku pandang, dan ku lirik cermin yang besar putih itu. "Astagah, Ya Allah... Kapan ini jerawat akan sembuh. Dan harus menggunakan cara apalagi biar hilang semua jerawat yang telah menutupi wajah ini?".
Aku hanya berusaha untuk mengilangkannya walaupun tidak 100% hilang. Aku akan berusaha menjaganya walaupun malas sekali untuk mencucinya ketika mau tidur. Ia, aku akan berusaha membuat jadwal yang lebih ketat agar apa yang aku inginkan tercapai.... semangat...

*NB : Bagi teman-teman yang mempunyai rekomendasi atau cara-cara efektif tenteng menghilangkan dan mencegah JERAWAT datang kembali, harap di posting atow di tampilkan ke web/blog/facebook/apalah agar saya dapat membacanya dan membuat inspirasi saya untuk mengilangkan & mencegah jerawat datang lagi. Thanks all...*

Cukupkah Waktu Tidur Anda?

Kompas - Minggu, 2 Mei
 
Kompas.com — Praktisi kesehatan merekomendasikan 6-8 jam sebagai waktu tidur yang ideal pada orang dewasa. Tetapi nyatanya, tak sedikit orang yang cuma tidur 4 jam setiap harinya namun tetap sehat dan bugar. Sebenarnya, berapa lama durasi tidur yang paling tepat?
Pada dasarnya waktu tidur sangat individual. Ini berarti, tidak ada "takaran" yang sama untuk semua orang. "Boleh-boleh saja tidur 4 jam, asalkan saat bangun di pagi hari kita merasa segar dan terpulihkan. Kalau kita justru merasa lesu dan tak ada semangat, itu artinya kita memang kurang tidur," papar dr Nurmiati Amir, SpKJ (K), ahli kedokteran jiwa dari RSCM Jakarta.
Lamanya durasi tidur ternyata juga tak akan memberi pengaruh pada kesehatan bila tidak memiliki kualitas yang baik. "Agar tetap sehat, yang perlu diperhatikan adalah kualitas tidurnya," tambah dr Nurmiati dalam acara konferensi pers Tatalaksana Komprehensif Insomnia di sela acara Konas III Psikoterapi 2010 di Jakarta (1/5/2010).
Tidur yang dalam NREM (non rapid eye movement) sangat esensial untuk kelangsungan hidup. Dalam tahap NREM, akan dihasilkan hormon pertumbuhan yang berguna untuk regenerasi sel-sel dan meningkatkan imunitas tubuh. Saat tidur NREM, seseorang akan sulit dibangunkan dan jika bermimpi saat bangun, kita sudah tidak mengingat isi mimpinya.
"Hormon pertumbuhan dan perbaikan sel ini hanya dikeluarkan tubuh di malam hari dan tidak bisa digantikan dengan tidur siang," ujar dr Nurmiati. Ia menambahkan, suasana gelap di malam hari ikut membantu pengeluaran hormon melatonin lebih cepat sehingga secara alami kita akan mengantuk.
Untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni membiasakan diri untuk bangun pagi secara teratur, menghindari stres emosi dan pekerjaan di tempat tidur, melatih relaksasi, dan baru pergi tidur setelah mengantuk. "Idealnya tidak ada orang yang perlu obat untuk tidur," kata dr Nurmiati.

From : http://id.news.yahoo.com/kmps/20100502/tls-cukupkah-waktu-tidur-anda-8d16233.html